Tuesday 19 April 2016

Musa Sang Penghafal Al-Qur'an termuda di Indonesia

Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) International di Sharm El-Sheikh, Mesir yang dihelat sejak 10-14 April 2016. Adalah La Ode Musa (7), peserta termuda dan postur terkecil berhasil menjadi yang terbaik ketiga diajang lomba hafizh anak tingkat Dunia.   Musa berhasil melewati berbagai soal yang diujikan, bahkan membuat takjub para dewan hakim. MHQ Internasional Sharm El-Sheikh kali inidiikuti oleh 80 orang yang terdiri dari 60 negara. Selain Indonesia dan tuan rumah Mesir, ada Sudan, Arab Saudi, Kuwait, Maroko, Chad, Aljazair, Mauritania, Yaman, Bahrain, Nigeria, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Australia, Ukraina, dan negara-negara lainnya, demikian seperti dilansir sejumlah media online.    


Musa bukanlah yang pertama membawa harum nama Indonesia, tapi musa menjadi istimewa karena usianya yang masih belia. Andai musa ikut kejuaraan itu beberapa tahun kemudian, bukan tidak mungkin dirinya akan menjadi yang terbaik. Musa kecil masih memiliki kendala untuk melafalkan huruf “R” tapi jangan tanya soal hafalan al-Qur’an, dia berhasil membuat pemerintah Mesir takjub.   Selain diganjar juara 3, Musa mendapat undangan kehormatan dari pemerintah Mesir pada peringatan Malam Lailatul Qadar yang diadakan pada Ramadan mendatang. Disebutkan bahwa Presiden Mesir akan memberikan penghargaan secara langsung kepada Musa. Pemerintah Mesir akan menanggung biaya tiket dan akomodasi selama mereka berada di Mesir. Menteri Gomaa menyampaikan takjubnya kepada Musa yang berusia paling kecil dan tidak bisa berbahasa Arab, tapi menghapal Al-Qur’an dengan sempurna, jelas Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Kairo, Lauti Nia Astri Sutedja dalam rilisnya kepada media.

Karena tampil hebat, Hafiz cilik Indonesia itu diminta tinggal di Saudi. Sebagian warga Arab Saudi tampaknya terkesan dengan kemampuan Musa saat mengikuti lomba menghafal Alquran di Jeddah.
Sehingga, sebagian warga Negeri Petro Dolar itu meminta bocah yang belum genap berusia enam tahun itu tetap tinggal di sana.
“Sebagian saudara kita yang memintanya, tentunya setelah mendapat persetujuan dari pemerintah,” tutur paman Musa, Abu Unaisah, saat berbincang, Selasa 8 Juli 2014 lalu.
Mendapat permintaan itu, bocah asal Bangka dan sang ayah, Hanafi, malah menjadi bingung.
Mereka belum bisa menjawab permintaan itu dan menyatakan akan berfikir sebelum mengambil keputusan. “Masih bingung katanya,” ujar Abu Unaisah.
Namun, tambah Abu Unaisah paman Musa, kemungkinan Musa dan keluarga tidak akan memenuhi permintaan itu. Sebab, keluarga Musa tidak bisa meninggalkan nenek mereka yang kini tinggal di Bekasi.
“Neneknya Musa juga belum tentu mau terima. Neneknya nggak mau jauh dari cucunya. Sekarang saja suka ngomel kalau ingat Musa yang tingal jauh di Bangka,” tambah dia.
Dalam lomba menghafal Alquran internasional di Jeddah, Musa mendapat nilai istimewa, yaitu 90.83.
Dengan nilai istimewa itu, Musa yang menjadi peserta termuda itu menempati peringkat ke-12 dari 25 peserta dari berbagai negara.


0 comments:

Post a Comment