Keutamaan
Bulan Dzulhijah
« مَا مِنْ
أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ
الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ
الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
».
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh
Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari
pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan
Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di
jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun
tidak ada yang kembali satupun.”
Dalil lain
yang menunjukkan keutamaan 10 hari pertama Dzulhijah adalah firman Allah Ta’ala,
وَلَيَالٍ
عَشْرٍ
“Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2). Di sini Allah menggunakan kalimat
sumpah. Ini menunjukkan keutamaan sesuatu yang disebutkan dalam sumpah. Makna
ayat ini, ada empat tafsiran dari para ulama yaitu: sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijah, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan
Ramadhan dan sepuluh hari pertama bulan Muharram. Malam (lail) kadang
juga digunakan untuk menyebut hari (yaum), sehingga ayat tersebut bisa dimaknakan sepuluh hari
Dzulhijah. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan bahwa tafsiran yang menyebut
sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat. Pendapat ini dipilih oleh
mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain mereka, juga menjadi pendapat
Ibnu ‘Abbas
Lantas
manakah yang lebih utama, apakah 10 hari pertama Dzulhijah ataukah 10 malam
terakhir bulan Ramadhan?
Ibnul
Qayyim rahimahullah dalam Zaadul
Ma’ad memberikan penjelasan yang bagus tentang
masalah ini. Beliau rahimahullah berkata, “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan
lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah. Dan sepuluh hari
pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dari
penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada. Jelaslah bahwa
sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama ditinjau dari malamnya. Sedangkan
sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena
di dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan terdapat hari
tarwiyah (8 Dzulhijjah).”
Sebagian
ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijah sama dengan
amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari, sedangkan
hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua berlandaskan pada
riwayat fadho’il yang lemah (dho’if). Namun hal ini tetap menunjukkan keutamaan
beramal pada awal Dzulhijah berdasarkan hadits shohih seperti hadits Ibnu
‘Abbas yang disebutkan di atas. Mujahid mengatakan, “Amalan di sepuluh
hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.
MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN
1. Melaksanakan
Ibadah Haji Dan Umrah
Amal ini adalah
amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan
keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
العمرة
إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
“Dari umrah ke
umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji
yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga”.
2. Berpuasa
Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.
Tidak
disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang
dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi :
الصوم
لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي
“Puasa ini
adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah
meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku”.
Diriwayatkan
dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ما
من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين
خريف
“Tidaklah
seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan
dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. [Hadits
Muttafaqun ‘Alaih].
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
صيام
يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .
“Berpuasa pada
hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun
sebelum dan sesudahnya”.
3. Takbir Dan Dzikir
Pada Hari-Hari Tersebut.
Sebagaimana
firman Allah Ta’ala.
وَيَذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“…. dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan …”. [al-Hajj/22
: 28].
Para ahli
tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu,
para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut,
berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.
فأكثروا
فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
“Maka
perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid”. [Hadits Riwayat
Ahmad].
Imam Bukhari
rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma
keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu
orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari
fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :
الله
أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد
Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil
Hamdu
“Allah Maha
Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah”.
Dianjurkan
untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan,
masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.
وَلِتُكَبِّرُوا
اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
“Dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”.
[al-Baqarah/2 : 185].
Tidak
dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada
suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah
dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang
bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do’a, kecuali
karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.
Dan
diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan
do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.
4. Taubat Serta
Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.
Sehingga akan
mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan
terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah penyebab dekat dan cinta
kasih Allah kepadanya.
Disebutkan
dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda.
ان
الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي
“Sesungguhnya
Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan
apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits Muttafaqun ‘Alaihi].
5. Banyak
Beramal Shalih.
Berupa ibadah
sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi
munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipat
gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada
hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada
hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang
merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali
dengan harta dan jiwanya.
6. Disyariatkan
Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq
Yaitu pada
setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula
takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang
dilaksanakan dengan berjama’ah ; bagi selain jama’ah haji dimulai dari sejak
Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai sejak Dzhuhur hari raya Qurban
terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
7. Berkurban
Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.
Hal ini adalah
sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala menebus putranya
dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
وقد
ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر
ووضع رجله على صفاحهما
“Berkurban
dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau
sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta
meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. [Muttafaqun ‘Alaihi].
8. Dilarang
Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.
Diriwayatkan
oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إذا
رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره
“Jika kamu
melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban,
maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya”.
Dalam riwayat
lain :
فلا
يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي
“Maka janganlah
ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban”.
Hal ini,
mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan
kurbannya. Firman Allah.
وَلا
تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه
“….. dan jangan
kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat
penyembelihan…”. [al-Baqarah/2 : 196].
Larangan ini,
menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak
termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka
berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun
terdapat beberapa rambutnya yang rontok.
9. Melaksanakan
Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.
Setiap muslim
hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari
bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari
keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan
bergelimang dalam kemungkaran seperti ; nyanyi-nyanyian, main judi,
mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal
kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.
10. Selain
Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas.
Hendaknya
setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan,
dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi
segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan
Allah agar mendapat ridha-Nya.
0 comments:
Post a Comment